PROFIL

Saturday, April 8, 2017

*CSR, Bukan Beban, Tapi Peluang Untuk Tingkatkan Bisnis*

 Jakarta, 5 April 2017---Sebanyak 117 perusahaan terkemuka dari berbagai sektor industri, mengikuti kegiatan Top CSR (Corporate Social Responsibility) 2017, yang bertema Aligning CSR to Business Strategy,  hari ini (Rabu, 5 April 2017), di Rafflesia Grand Ballroom - Balai



Kartini, Jakarta. Tercatat, beberapa nama besar  menjadi pemenang penghargaan. Itu antara lain Bank Rakyat Indonesia (BRI); Pertamina; Astra International; Unilever Indonesia; Holcim Indonesia; Kalbe Farma, MNC Group; Pan Brothers, Japfa Comfeed Indonesia, FIFGroup, Indosat, Sinarmas Land, United Tractors, Sepatu Bata, Bank CIMB Niaga; Gajah Tunggal; Indocement; HM Sampoerna, Bank Danamon, Levi’s, dan perusahaan besar lainnya. Acara yang dihadiri oleh lebih dari 500 audience dari kalangan Direksi, Komisaris dan staf CSR ini, berlangsung sangat meriah dan suskes.

TOP CSR adalah kegiatan penilaian dan pemberian penghargaan (award) tertinggi kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasional di Indonesia, yang dinilai telah menjalankan program CSR/ PKBL/ Community Development terbaik. Penilaian CSR didasarkan pada keterkaitan CSR terhadap 3 hal yakni: 1) ISO 26000, 2) Strategi Bisnis, 3) Praktek GCG.
Kegiatan TOP CSR diselenggarakan oleh Majalah BusinessNews  Indonesia, yang bekerja sama dengan sejumlah lembaga kredibel seperti Komite Nasional Kebijakan Governance/KNKG,

Masyarakat CSR Indonesia, SGL Management, Asia Business Research Center, Mitra Bhadra Consulting, Yayasan PAKEM, PPM Manajemen, Alvara, Indonesia CSR Society, Dwika Consulting, Sinergi Daya Prima, dan SBC Sinergi Internasional.
Kegiatan TOP CSR ini tergolong Award CSR paling kredibel di Indonesia. Selain mendapatkan Nilai Tambah dalam presentasi dan Wawancara Penjurian, setiap peserta juga mendapatkan Feedback tertulis untuk, pengembangan CSR perusahaan di masa mendatang. Maka tak heran jika kegiatan TOP CSR ini diiikuti oleh banyak perusahaan.
Khofifah Indar Parawansa - Menteri Sosial RI, berharap kegiatan TOP CSR ini dapat disinergikan dengan program pemerintah, khususnya program pemberdayaan sosial dan pengentasan kemiskinan. Pemerintah akan dengan senang hati, untuk berdialog dan merumuskan sinergi dan kolaborasi CSR, untuk membantu pembangunan bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup.

Mengubah Paradigma Lama Melalui Top CSR

Ketua Dewan Juri Top CSR 2017 yang juga ketua KNKG, Mas Achmad Daniri, hari ini di Jakarta, mengatakan bahwa penghargaan itu merupakan kegiatan penilaian dan pemberian penghargaan tertinggi, kepada perusahaan yang berhasil menjalankan program CSR, PKBL (program kemitraan bina lingkungan), Community Involvement & Development (CID), secara efektif-berkualitas di Indonesia.
Daniri mengatakan, sejumlah pertimbangan menjadi penyebab diselenggarakannya Top CSR 2017. Melalui Top CSR 2017, diharapkan adanya pelurusan arah kebijakan dan program CSR di Indonesia.
Menurutnya, kebanyakan praktek CSR di Indonesia masih menggunakan paradigma lama. Contohnya, manajemen perusahaan menganggap bahwa kegiatan CSR sekadar donasi kepada masyarakat, dan tidak bermanfaat langsung ke perusahaan. Kemudian, praktik CSR masih dalam batas community involvement and development (CID), untuk memeroleh dukungan komunitas sekitar. Selain itu, program CSR terlalu beragam, kurang fokus, tidak terkait bisnis inti, dan belum menjadi bagian strategi bisnis. “Juga, belum merujuk ke ISO 26000,” kata Daniri.
Praktek CSR dan paradigma lama tersebut harus diubah menuju paradigma baru. CSR harus aligning dengan business strategy. Jika CSR tidak selaras dengan strategi bisnis, maka perusahaan hanya menambah/memerbesar cost atau biaya saja, dan bukan sebuah investasi yang meningkatkan nilai perusahaan. Padahal, setiap biaya CSR yang dikeluarkan, harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pemegang saham sebagai upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan. Jika CSR selaras dengan strategi bisnis, maka CSR bukan lagi sebagai beban, namun justru menjadi kebutuhan perusahaan.
“ISO 26000 dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan CSR yang sesuai dengan paradigma baru tersebut.  ISO 26000 adalah guidance (panduan) pelaksanaan tanggung jawab sosial organisasi (baik perusahaan, lembaga maupun instansi), dan bukan guideline (pedoman),” Daniri menambahkan.
Sedangkan M. Lutfi Handayani selaku Ketua Penyelenggara TOP CSR 2017, menjelaskan beberapa pembeda antara Top CSR 2017, dengan penghargaan sejenis yang pernah berlangsung. Antara lain, pertama, fokus penilaian kepada pemenuhan ketentuan di ISO 26000; keselarasan CSR dengan strategi serta daya saing perusahaan.
Kedua, ada penilaian khusus berupa keterkaitan program CSR sebuah perusahaan, dengan Nawacita. Khususnya di Nawacita 5, 6, dan 7.
Ketiga, hasil penilaian GCG (good corporate governance/tata kelola perusahaan) yang baik, menjadi prasyarat awal untuk menerima penghargaan Top CSR 2017. Sebab, program CSR yang efektif, lebih mudah diterapkan jika GCG perusahaan telah bagus.
Keempat, penilaian di Top CSR 2017, tidak hanya melibatkan pakar dan konsultan CSR. Tetapi, turut melibatkan asosiasi bisnis dan konsultan. Termasuk dari pasar modal dan lembaga pembiayaan.
Lutfi menambahkan, “Program CSR yang efektif-berkualitas, sudah seharusnya merupakan pendekatan strategis dan inovatif untuk memerkuat daya saing dan kinerja perusahaan. Juga, merupakan upaya kolektif perusahaan untuk memerbaiki kondisi lingkungan bisnis dan sosial-ekonomi, yang memungkinkan semua pihak berkembang optimal.”
Perusahaan pemenang TOP CSR, untuk ke depan, harus mengupayakan agar mereka berperan bersama memerbaiki kondisi lingkungan bisnis, sosial, dan ekonomi. Sehingga, memungkinkan semua pihak berkembang optimal sekaligus bersinergi mendukung pembangunan nasional.
“Mereka pun harus mendorong implementasi GCG. Sebab, CSR yang efektif, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan, baru bisa diimplementasikan ketika sebuah perusahaan telah menerapkan GCG dengan baik,” kata pemimpin redaksi Majalah BusinessNews Indonesia itu.
Secara umum, hasil penilaian TOP CSR dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, sejumlah perusahaan pemenang Top CSR 2017, sudah mengadopsi ISO 26000 dengan baik, serta memiliki sistem manajemen CSR berbasis ISO 26000 itu. “Antara lain, mereka telah mengidentifikasi tanggung jawab sosial dengan baik, dan punya tata kelola CSR yang baik,” kata Nurdizal dari SBC Strategi Indonesia, salah satu Dewan Juri TOP CSR 2017.
Kedua, perusahaan pemenang Top CSR, memiliki KPI (key performance indicator) dan target kinerja yang tertuju ke perusahaan maupun para pemangku kepentingan. Mereka pun me-review kinerja CSR dengan melibatkan manajemen dan para pemangku kepentingan lainnya.
Ketiga, perusahaan pemenang Top CSR 2017 telah memerlihatkan pencapaian dampak program yang jelas dan nyata. Dampak tersebut berlaku untuk perusahaan atau juga pemangku kepentingan.
Proses penjurian dan penilaian terhadap perusahaan peserta Top CSR 2017, ada beberapa temuan. Antara lain, dilihat dari keselarasan strategi CSR dengan strategi bisnis, 62% termasuk kategori ‘cukup selaras’. Selanjutnya, 17%, sangat selaras. Adapun yang termasuk kelompok ‘kurang selaras’, sebanyak 21%.
Selanjutnya, dalam hal tata kelola dan implementasi sistem CSR, yang termasuk ‘lengkap’, sebanyak 37%. Termasuk ‘kurang lengkap’, di 62%. Adapun yang termasuk ‘konsisten’, di angka 11%.
Sejumlah harapan ditujukan kepada perusahaan pemenang Top CSR 2017. Antara lain, mereka harus  lebih meningkatkan manfaat program CSR ke para pemangku kepentingan. Itu khususnya ke masyarakat. Dengan demikian, CSR makin berguna dalam pemecahan berbagai masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan di Indonesia.
Dia mengatakan, “Di samping itu, CSR harus menciptakan kondisi lingkungan ekonomi yang semakin baik bagi pertumbuhan daya saing bisnis di Indonesia. Serta daya saing perusahaan secara individual.”

LSD-Leader Forum for Sustainibility Development

Selanjutnya, peluncuran LSD (Leader Forum for Sustainibility Development), juga berlangsung bersamaan dengan acara penghargaan tersebut. “Dengan terbentuknyaLSD,  kami berharap, fórum tersebut dapat menjadi penggerak sinergi CSR yang bersifat strategis antar-pimpinan perusahaan, lembaga dan instansi pemerintahan, untuk bersama-sama membangun kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup yang lebih baik, dan terintegrasi dengan kebijakan pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya,” kata Lutfi.

Kegiatan Top CSR 2017 ini diikuti oleh 117 perusahaan dengan CSR terbaik di Indonesia (long list kandidat pemenang). Ada  80 perusahaan yang dapat mengikuti tahapan penilaian berikutnya, dan 65 perusahaan mendapat penghargaan Top CSR 2017, yang terbagi dalam kategori penghargaan terbaik per sektor bisnis, dan kategori khusus yang terkait dengan Program Nawacita, Sustainable Development Goals (SDGs), dan CSR Improvement. *(Dadang)

No comments:

Post a Comment