Dia
melihat, perempuan masih menjadi obyek ketidakberdayaan dan ketimpangan sosial.
Padahal, perempuan bisa menjadi subyek, jika terjun ke politik. Tapi mereka
takut, lantaran mereka beranggapan politik itu adalah perang! Keras, dan itu
adalah dunia laki-laki! Seharusnya, perempuan jangan takut berpolitik!
“Itulah
fenomena yang ada di masyarakat kita,” ungkap Maemunah, Wakil Bendahara DPW PAN
DKI Jakarta di Jakarta, Selasa (25/4). “Mereka pasrah dengan keberadaan mereka
sendiri. Tak menyadari kalau mereka adalah korban ketidakberdayaan dan
ketimpangan sosial di tengah kemajuannya teknologi.”
“Saya
banyak melihat, jika perempuan menghadapi masalah, dia tidak bisa mengangkat
dirinya untuk keluar dari masalah tersebut. Jadi, hingga kini saya melihat
perempuan itu adalah obyek yang lemah. Padahal, mereka memiliki hak dan
kedudukan sama. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi,” papar isteri dari
Harry Budhy Hartono dan ibu dan Arineta dan Raafi Tio Hartono ini.
Maemunah
yang banyak berkecimpung di organisasi kemasyarakatan bersifat sosial ini,
mulai dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Naisyahtul Aisiyah, DPD Aisiyah Jakarta Barat, Majelis Ekonomi
Aisiyah, Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI), dan Ketua Perempuan
Muslimah Amanah DKI Jakarta ini, sangat prihatin dengan kondisi tersebut.
“Karenanya,
pada 2010 saya bergabung ke Partai Amanat Nasional (PAN) Jakarta Barat langsung
masuk di jajaran Badan Pentgurus Harian (BPH) DPD Jakarta Barat dan 2016 masuk
di DPW PAN DKI Jakarta. Saya ingin apresiasi perempuan masuk ke partai memperjuangkan
kepentingan dan hak perempuan agar menjadi subyek,” tegas Maemunah.
“Jika tak
terjun untuk berpolitik, aspirasi itu tak akan sampai. Tapi, saya juga melihat
hak perempuan untuk berpolitik itu banyak hambatannya untuk menjadi sebagai
wakil legislatif. Di antaranya, butuh biaya yang tak sedikit lantaran di
sepanjang perjalanan politik untuk mencapai bangku legislatif, sangat marak
dengan money politic,” jelasnya.
“Karenanya, saya berharap UU mendatang
yang akan mempermudah perjalanan jalur politik perempuan agar dapat dan
dipermurah dibanding kaum laki-laki, terus diperjuangkan. Sehingga perjalanan
politik kaum perempuan sebagai wakil rakyat dapat terwujud hingga duduk di
kursi badan legislatif,” harap penggemar bakso dan rujak alumnus S2 Manajemen
di Universitas Muhammadiyah Jakarta dan S1 Fakultas Bahasa dan Sastra IKIP Muhammadiyah Jakarta ini.
“Ingat, keterjunan perempuan di
politik, bisa menjadi penyeimbang yang komrehensif bagi perpolitikan nasional,
dan memberi corak warna-warni politik yang memiliki karakter khusus, tentunya.
Serta mendukung untuk mencapai target kuota 30% ketelibatan dam kiprah
perempuan di perpolitikan nasional,” harap warga Jl Perdana Blok E No 9
Petukangan Selatan, Jakarta Selatan ini. (one)
No comments:
Post a Comment