Bukan tak sengaja, film drama Moon Cake Story ( MCS ) karya sineas Garin Nugroho, mengambil kata Kue Bulan, seperti film pertamanya Cinta Sepotong Roti dan Bulan Tertusuk Ilalang. Makanan sepertinya sesuatu yang sederhana dalam keseharian, namun lupakah kita kebudayaan dibangun oleh makanan atau sekarang lebih gaul dinamai Kuliner ?
Pembentukan nilai dan kejuangan yang tumbuh di sana menjadi mudah, cair dan akhirnya memanggil untuk saling mencoba dan mendatanginya. Begitupun mungkin dengan adegan yang ringan dan bersahaja, MCS menggambarkan akan kebutuhan nilai - nilai saling menenggang rasa itu mewujud bersama dalam keterikatan. Karena untuk menerima dengan lapang ada terhadap perbedaan bawaan atau sebuah doktrin di lintasan hubungan sosial itu sebenarnya perlu waktu dan ketabahan, seakan menyusuri jalan yang panjang dan terjal Drama yang dijalin dalam dan oleh film ini, menawarkan pendekatan jarak yang jika tidak bisa saling mendekati lahir -batin dalam perbuatan timbal balik, maka selesai saja dalam semboyan kosong belaka.
David ( Morgan Oey ) bertemu dengan Asih ( Bunga Citra Lestari ) di jalan utama Jakarta. Semula karena sekedar imbal balik jasa per joki an 3 in 1 mengelabui peraturan lalu lintas yang terlanjur macet dan ruwet. Hubungan pembeli dan penjual jasa sesaat, selayaknya umum di Jakarta hanya bicara kepentingan sambil meninggalkan hati masing-masing. Potret sosial kota yang kehilangan kehangatan sosial. Uang akan mengatasi semua hal.
Agaknya situasi yang mempertemukan antara eksekutif muda yang pernah menjalani kerasnya hidup dengan perempuan muda dan gigih melawan rimba lalu lintas, berbeda etnis ini berjalan saling membutuhkan. Pertemuan demi pertemuan menghadirkan kedatangan saling menghargai dan tumbuhnya simpati.
Tionghoa yang bermobil dan Lokal yang menunggu di tepi jalan, berbeda kawan tempat tinggal, sering mengobarkan sentimen antar liyan. Bisa jadi saling membenci diam-diam. Asih yang lokal janda dengan satu anak bekerja serabutan buruh cuci pakaian dan merawat satu adik tinggal di kampung kumuh harus bagaimana menghadapi David bermobil memasuki kekumuhan tempat tinggalnya. Bagaimanapun dengan ceria Garin mempertemukan dua anak manusia yang bukan saja berbeda kelamin, tapi juga Makasih status sosial-ekonomi dan etnik serta agama, melalui alat pembuat kue yang pernah dipakai ibu si David. Pertemuan menjadi lancar, karena jembatan telah dibangun melalui makanan dan kemungkinan-kemungkinan berikutnya. Hadir saling memahami masalah internal, tumbuhlah di sana penghargaan akan kejuangan : Bekerja keras untuk suatu keberlanjutan kehidupan. Saling mengambil dan menerima dari bentuk sederhana sampai canggih akan lebih bermakna ketika hati hadir di situ. Komitmen dibangun, bukan semata dibibir saja.
Garin sadar betul rupanya, bahwa kerja sineas butuh riset dan penjelajahan etnis, baik Tionghoa maupun lokal. Jelajah itu akan terkait dengan aktualitas bebrayan yang nampak sedang terganggu, sosial.politik yang gerah di sekitar kita, mendorong perlunya suatu pesan hidup yang Garin garap dalam film yang mengingini kehidupan toleran, sikap saling menerima atas realitas perbedaan.
Agar tidak bombastis dan tetap menghibur, disamping skenario yang runut dan pengambilan gambar yang mempesona, adegan mengundang tawa, juga peran aktor utama yang ngetren tak bolehbdiabaikan. Tentu aktor utama yang dua di atas akan kehabisan daya tariknya, jika tak dibantu aktor kawakan Dedy Sutomo sebagai sopir Pak Tri dan kakak David , Linda diperankan ole Dominique Diyose. Kehadiran peran Sekar, Bimo.dan Jaka dan Babe menyempurnakaan penampilan film yang mengangkat thema.keadilan sosial, toleransi ini menjadi ringan dan jenaka.
Kemampuan bertahan dari kerasnya persaingan, perbedaan akan menjadi lentur dan lancar, jika kemudian ditemukan saling melindungi, cinta dan kasih yang tak pernah kering. Kami bersyukur, masih ada film sebagai gambaran hidup yang memperlihatkan hasrat mendekatkan jarak dan menyingkap sekat yang diam-diam berbahaya, jika tidak ada kehendak politik yang kuat. Menanami peradaban dengan saling menerima perbwdaan dan menjadikan kekuatan baru memang butuh ketabahan dan taburan cinta. Terutama adalah waktu dan komitmen.
radiopanjakarta/jsp
No comments:
Post a Comment