Sepekan, lima hari kedepan ini, pemungutan suara pada Pilkada Provinsi DKI Jakarta digelar. Kepada siapa 7 juta pemilih sah pilkada itu, menjatuhkan pilihannya ? Kepada Ahok- Jarot atau Anies- Sandi kah yang memenanginya ?.
Dari Poltracking, semua Lembaga Survey ternama LSI, SMRC, Litbang Kompas, radiopanjakarta dan lainnya merelease hasil surveynya, bahwa warga Jakarta menghendaki Gubernur DKI Jakarta yang baru, santun, manusiawi dan melanjut serta menungkatkan pembangunan Jakarta: Kotanya maju, warganya bahagia.
Jika LSI survey 51,4 % untuk paslon 3 : Anies Sandi dan hanya 42,7% untuk paslon 2 :Ahok-Jarot dengan margin error 5,9 % maka Kompas juga tinggi dikisaran 52,1 % lawan 44 % dengan margin error 4 %. Lainnya hampir sama, pula memenangkan Anies - Sandi. Begitupun radiopanjakarta, paslon 3 memperoleh 51 % dan paslon 49 % dengan margin error 5%.
Tampaknya Anies-Sandi belum bisa sepenuhnya kokoh, begitupun sebaliknya Ahok-Jarot masih berpeluang melewatinya, karena memang persaingan pada hasil survey itupun kelihatan tipis. Hal itu nyata pada margin error yang longgar, sehingga masih bisa kesana-kemari. Salah satu faktor adalah kampanye yang simpatik dan menarik lengkap dengan sembako dan antri di Bank DKI, bedah rumah, dan semprotan uang yang terang-terangan.
Kaos, baliho dan sejenisnya sudah ketinggalan kereta. Diganti oleh serangan netizen baik yang waras maupun yang membabi buta. Ditingkahi kampanye melalui televisi dan kriman video di media sosial, kian melengkapi cyber war dan money boomber yang kian merajalela. Gema saling membeci kian melanda Jakarta, saling mengancam beraroma kemana-mana.
Dari segi usia pemilih, Ahok Jarot menurut survey, menguasai usia di atas 50 tahun. Tentu kemapanan, dan kenyamanan menjadi dasar pilihan ketimbang yang berusia di bawah 40 tahunan yang pengap dengan lapangan kerja mengecil dan ingin perubahan.
Dari status kelas, menengah ke atas tampaknya paslon no.2 banyak akan dipilih ketimbang kelas menengah kebawah. Bisa jadi akan terjadi pergeseran, kelas menengah atas terpecah lebih banyak ke Anies- Sandi.
Sedangkan pada pemeluk agama, maka jelas penganut Kristen dan Katholik serta keyakinan lokal plus atheis lebih bersatu pro Ahok-Jarot. Kurang dari 5% bakal memilih Anies-Sandi. Sedangkan kaum muslimin lebih dari 60 % memilih Gubernur Muslim, sedangkan sisanya tidak semua kepada Ahok-jarot, melainkan ada juga kurang 5 % tidak bersedia memilih.
Sebenarnya jika struktur dan kultur kepartai politikan sudah mapan dan on the track, maka dapat di duga Ahok- Jarot akan menang karena solid memperoleh dukungan dari PDIP, PARTAI GOLKAR, NASDEM, HANURA dan tambahan dari Partai Demokrat serta PPP yang galau dan kepastian langkah dari PKB. Ini jelas raksasa melawan tiga gabungan parpol Gerindra, PKS dan PAN.
Paslon 2 mengantongi 74 kursi DPRD DKI melawan si krempeng yang hanya 28 kursi. Ekuivalen dengan suara partai politik tersebut di atas, sesungguhnya Ahok - Jarot twlah diambang pintu kemenangan.
Sayang seribukali malang, untung tak dapat di raih, posisi dan profil partai politik kini itu sedang hancur-hancuran. Parpol tak lagi dipercaya publik, apalagi kaum netizen. Justru pada netizenlah kemenangan ditentukan, dengan diprovokasi hasil survey yang gencar dan insha Allah jujur memenangkan Anies- Sandi.
Ketika ideologis kepartaian telah menemui ajal yang kini berkafankan uang, berkuburan uang, bernisankan uang, maka partai politik tidak banyak dapat diharapkan. Media massa telah berbicara, media sosial kian keras serangannya, maka parpol tinggal menangisi nasibnya sebagai makelar yang nasihatnya dimasukkan ke laci. Sampai di sini.
radiopanjakarta/jsp
No comments:
Post a Comment