PROFIL

Friday, April 14, 2017

Farid Tarigan : Kader Partai Harus Menangkan PAN!


Meski lahir di Medan, 1 Desember 1968, Farid Tarigan boleh dibilang besar di Jakarta. Lantaran fase tiga pendidikan dasarnya, SD Negeri 07 Harapan Jaya, SMP Negeri 119 Kemayoran, dan SMA Negeri 1,semua tamat di Jakarta.  Barulah, saat kuliah dia menuju Kota Pelajar Yogyakarta. Ia menamatkan sarjana teknik minyaknya di UPN Veteran Yogyakarta dan S2 Manajemen di UHamka.


Bapak beranak tunggal Reni Safitri ini mengaku, euphoria Reformasi menjadi magnet dirinya terjun ke politik. Lahirnya Partai Amanat Nasional (PAN) pada 1999, menjadi tonggak perjalanan karirnya di bidang politik. Sosok Amien Rais, menjadi tokoh sentral bagi dirinya dalam menjalani karir politiknya.

“Sejak 2005, posisi saya di Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN DKI Jakarta adalah selalu Wakil Ketua hingga sekarang. Saat ini, saya Wakil Ketua di bidang Perkaderan. Pengalaman paling berkesan, saat PAN booming ketika memenangkan 13 kursi di DPRD DKI Jakarta. Nyaris, hampir semua kader memiliki peran kemasyarakat hingga ke tingkat Dewan Kelurahan,” papar Farid di Jakarta, Kamis (13/4).

“Ya, kemenangan itu memberi dampak sangat besar bagi para kader partai di setiap sendi kehidupan mayarakat. Siapa yang paling diuntungkan dengan kondisi tersebut, tak lain dan tak bukan adalah para kader sendiri. Mereka punya nilai di sendi kehidupan masyarakat, seperti yang saya bilang tadi hingga ke tingkat Dewan Kelurahan,” tegas Farid.

“Ya kemenangan partai, adalah kemenangan bagi para kader. Parta menang, para kader senang. Dengan pengalaman itu, saya berharap para kader memiliki rasa untuk bertanggung jawab berusaha memenangkan partai pada saat pilihan mendatang. Semua kader, harus padu menyatu menuju nomor Satu bagi PAN,” tegas Farid.

Sebagai orang organisasi, Farid juga dikenal sebagai kader Muhammadiyah. Eksistensinya cukup kuat di Muhammadiyah, lantaran pada 2000 sudah eksis di Pemuda Muhammadiyah. Dan sebagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jakarta pada 2005. Kiprahnya sebagai kader Muhammadiyah, dia berusaha membawa pemahaman Muhammadiyah dan memasyarakatkannya di PAN.

Di PAN pun, dia berusaha untuk dapat berkontribusi kepada Muhammadiyah dengan cara memadupadukan aktivitas parpol terhadap Muhammadiyah. Kegiatan Muhammadiyah didukung PAN. Bantuan-bantuan sosial keagamaan DPRD, misalnya, bisa disimbiosis mutualisma dengan kegiatan Muhammadiyah.

“Namun kondisi PAN dan Muhammadiyah sangat riskan jika terjadi gesekan kepahaman. Jika terjadi gesekan, reaksinya sangat besar. Ini tak terlepas dari eksistensi PAN sendiri, yang lahir dari Tanwir Muhammadiyah pada 1995 di Semarang. Yang pasti, kini kader Muhammadiyah tak hanya berada di parpol PAN. Beberapa parpol besar pun menjadi sarana kiprah para kader Muhammadiyah,” ungkap Farid.


Dia berharap DPP PAN dapat lebih berkontribusi kepada keberadaan DPW PAN DKI Jakarta. Lantaran di Jakarta, isu nasional merupakan juga menjadi isu di Jakarta. Sehingga kontribusi DPP PAN Pusat sangat diharapkan memberi kontribusi kepada DPW DKI Jakarta, agar dapat lebih eksis lagi di pemilihan mendatang. (one)

No comments:

Post a Comment