Iwan Darmawan : Kembangkan Potensi Ekonomi Masyarakat

Karir politiknya dimulai di PAN Utara saat reformasi, lantaran sering nongkrong di Dewan Ekonomi ranting Warakas 1999. Lalu, kebetulan jadi Dekel PAN pada 2004. Dia melihat di situ ada industri Astra dan banyak masyarakat berdagang. 

Pada 2008 dia kembangkan potensi ekonomi masyarakat dengan mendirikan Koperasi Simpan-Pinjam.

Sosok itu adalah Iwan Darmawan kelahiran Jakarta 6 Juni 1975 anak ke-5 dari 7-bersaudara dari ayah berasal Padang dan Ibu Sukabumi. Pada 2000-01 dia berkipirah di PAN Cabang Tanjungpriok sebagai Bendahara lalu 2010 di Sekda Utara dan di DPW. Alumnus Sekolah Tinggi Kawulamuda Slipi Jakarta Barat dengan S1 Administrasi Negara pada 2009 ini, kini menduduki Wakil Sekretaris DPW PAN DKI Jakarta.

Meski pendidikan dasarnya SD Muhammdiyah 17, Tanjungpriok, SMPN 140 Tanjungpriok, dan STMN 12 Penjaringan, Jakarta Utara, dia lewati dengan mulus, namun dia mengaku tak punya prestasi apa-apa. “Saya ini badung, gak punya prestasi di sekolah. Malah, sering bolos.  Dulu, saya sangat prihatin banget. Sejak SD, saya sekolah sambil nyari rezeki. Saya nyemir sepatu, jualan kripik, dan TTS. SMP – loper koran. STM, jualan risol,bakwan ke Pelabuhan Priok,” aku Iwan, warga Papanggo 1B No 28 RT 05 RW 10 Kel Papanggo Kec Tanjungpriok, Jakarta Utara ini.

“sebagai orang Betawi saya bangga bisa terjun ke dunia politik. Tapi orang Betawi jarang mau kerja, hobinya nongkrong doang. Karenanya saya berpikir, harus kerja. Pada 1984 pecah Kasus Priok, ayah menghilang ke Padang selama 2 tahun. Saat itulah saya benar-bemar kerja untuk hidup sehari-hari keluarga,” ceritanya.

Pada 1993, dia kerja di Astra hingga 2003. “Tapi saya berpikir lagi, ini bukan dunia saya pergi pagi dan pulang kerja malam. Saat reformasi goyang, saya sempat keluar dari Astra. Dipanggil lagi, tapi saya mutuskan untuk kerja di luar Astra. Kebetulan jadi Dekel PAN pada 2004 full untuk masyarakat selama 2 tahun, “ papar suami dari Nuranawati, anak Jenny Apriliani dan Adinda R. Arista ini.

Pada 2008 dia mengembangkan Potensi Ekonomi Masyarakat dengan mendirikan Koperasi Simpan-Pinjam dengan anggota 600 ibu pedagang kecil. Dia meminjamkan biaya tanpa agunan dengan metode Taklim (kumpulan) sumber dana dari Dinas Koperasi Pemprov DKI Jakarta senilai Rp 4,5 miliar.

Lalu, dia melepas ikatan kerjasama dengan Dinas Koperasi untuk bisa mandiri. “Lantaran, saat itu ada Pergub yang hanya dapat meminjamkan anggota senilai Rp5 juta tanpa agunan. Lalu secara mandiri, modal diambil dari simpanan wajib seluruh anggota. Jumlah pinjaman pun bisa mencapai  Rp30 juta tanpa agunan. Tapi peraturan kami, pinjaman Rp5 – Rp10 juta, anggota harus punya simpanan 30% daritotal pinjaman atau senilai Rp 3 juta. Untuk pinjaman Rp10 – Rp30 juta, anggota harus punya simpanan 40% dari total pinjaman. Dengan begini, risiko anggota berkurang.” Jelasnya.

“Pada 1998 pecah Reformasi, karena ada ketertarikan, saya terjun ke politik. Dulu, males hanya 3 partai. Sosok Amien Rais bikin kencang niat saya terjun ke politik dan figur Amien bikin saya langsung masuk PAN. Apalagi di Priok, ada sosok Syastri Syaiman. Pencetus Jakarta Utara Rumah Kita, dengan tujuan agar iklim masyarakat kondusif.

“Saat indah berpolitik adalah ketika merayakan kemenangan Refomasi saat belenggu keterkungkungan lepas dan kita melakukan gerakan People Power dengan cara pawai keliling Jakarta pada 20 Mei 1998. Menurut saya, ini merupakan salah satu bagian lagi dari Republik ini,” tegasnya. (one)