PROFIL

Thursday, April 20, 2017

Syofnal Aidil : Tidak Punya Uang, Jangan Bermimpi Nyaleg!


Tiga kali nyaleg, tiga kali gagal! Sekali di DPR RI (2004) dan dua kali di DPRD DKI Jakarta (2009 dan 2014). Padahal, dirinya sempat optimistis saat perolehan suaranya berada di atas angin. Namun ternyata, hasil akhirnya dia gatot alias gagal total. Dia harus takluk di tangan Caleg baru, namun memiliki modal uang yang melimpah.


Kedua orangtuanya memang berasal dari Tanah Minang, namun Syofnal Aidyl ternyata lahir di Jakarta, 11 Juni 1967. Karenanya pendidikan SD Negeri 11, SMP Negeri 97 Galur Sari, Matraman, dan SMA Negeri 36 Rawamangun, dia selesaikan semuanya di Jakarta. Namun saat kuliah, dia berangkat ke Bengkulu, ambil jurusan Hukum di Universitas Prof DR Hazairin SH. Tapi gagal, hanya sampai dua tahun.

“Sepulang dari Bengkulu, saya langsung ke Tokyo mengikuti program Kota Kembar Pemprov DKI Jakarta selama 1994-1995. Sekitar 18 bulan saya di sana, mengikuti pendidikan Maintenance Building. Tapi, saat itu saya malah bekerja sebagai staf di Komisi III selama tiga tahun. Sekrang, saya mengelola Yayasan SMS (Solidaritas Masyarakat Sosial) di moda transportasi angkutan jenazah sekitar Jakarta,” ujarnya.

Syofnal mengaku, kancah euphoria Reformasi menjadi tonggak perjalanan ka rirnya di dunia politik. “Ya sosok Amien Rais menjadi asa bagi saya melihat Indonesia akan lebih baik ke depannya.  Karenanya, begitu Pak Amien dirikan Partai Amanat Nasional (PAN) pada 1999m saya langsung bergabung menjadi anggota,” ceritanya.

Pengalamannya di Jepang plus reformasi, membuat dirinya bertekad untuk mengubah Indonesia lebih baik seperti di Jepang. Rasionalisasi dan budaya di Jepang, sangat tinggi. “Di Jepang, pejabat gagal akan mundur dari jabatan. Dia tertangkap korupsi, berani untuk harakiri alias bunuh diri mempertanggungjawakan perbuatannya.” Kenangnya.

Tapi ternyata, Jepang dan Indonesia sangat berbeda. “Di Jepang, UU berjalan sesuai koridor hukum Di sini, Hukum malah ditabrak demi mencapai tujuan yang  menabrak hukum tadi. Bukan hanya itu, hukum malah dapat dibeli.” Papar Syofnal, Sekretaris Bidang Bencana Sosial dan Kemanusiaan DPW PAN DKI Jakarta yang juga Ketua DPC PAN Matraman, Jakarta Timur.

Kondisi itu juga yang dia alami saat menjadi Caleg DPR RI pada 2004, Caleg DPRD DKI Jakarta 2009, dan Caleg DPRD DKI Jakarta pada 2014. “Saya sempat optimis menjadi anggota legislatif, lanaran peroleh suara saya sangat berada di atas angin. Tapi hasl akhirnya, saya malah kalah dari Caleg baru yang punya duit melimpah,” tutur Syofnal.

“Caleg baru itu bisa memang, lantaran dia memiliki modal uang yang melimpah untuk menyebar dana bagi sejumlah saksi dan membheri dana juga kepada sejumlah oknum di KPUD. Kalo gak salah, untuk nyebar dana saat pilkada itu, butuh sekitar Rp1,5 miliar. Tentu harus disebar sesuai kebutuhan dan diberikan kepada sasaran yang tepat,” ungkapnya.


Karenanya, dia menegaskan, “Kalau tidak punya uang, jangan bermimpi untuk nyaleg. Saya tak akan nyaleg lagi, kalau pake modal sendiri. Lain halnya jika ada yang sponsori. Untuk sekarang ini, saya hanya ingin mendukung teman-teman PAN yang nyaleg. Smoga para kader PAN yang nyaleg, dapat berhasil, aamiiinn………” tegasnya. (one)  

No comments:

Post a Comment